Pada Mei 2012, Yayasan Rahima menyelenggarakan sebuah penelitian
sederhana mengenai perilaku seksual remaja di Jawa Timur. Yayasan ini
menyebar kuesioner kepada 473 pelajar berusia 15-17 tahun dari 18
sekolah setingkat SMA di empat kabupaten: Banyuwangi, Jombang, Lamongan
dan Kediri. Bagaimana hasilnya?
Sebanyak 73 persen responden
mengatakan, mereka pernah pacaran. Lalu apa saja yang mereka lakukan
saat pacaran? Dari 73 persen itu, hampir sepertiga (31 persen) menjawab
berpegangan tangan dan pelukan, 11 persen berpegangan tangan, pelukan,
dan mencium pipi, sementara 12 persen menjawab pegangan tangan, pelukan,
cium pipi dan mencium bibir.
Selanjutnya, 5 persen responden
menjawab mereka melakukan semua hal di atas ditambah meraba-raba tubuh
pasangan. Kemudian, 2 persen responden mengatakan mereka tidak hanya
meraba-raba tubuh pacar, tapi juga melakukan oral seks.
Sebanyak
39 persen responden menjawab “lainnya” — masuk dalam kriteria lainnya
ini adalah ngobrol, berkirim SMS, jalan bareng, mengirim surat, hingga
melakukan hubungan seksual.
Yayasan Rahima juga bertanya apakah
para responden pernah membaca buku porno? Hasilnya, 76,8 persen menjawab
tidak dan sisanya pernah. Bagaimana dengan film porno? Pernah, jawab
52,3 persen responden.
Dari penelitian sederhana tersebut kita
bisa menyimpulkan bahwa sebagian besar remaja Jawa Timur yang mengisi
kuisioner pernah pacaran, dengan perilaku pacaran yang bervariasi, mulai
dari yang aman (mengobrol) hingga tidak aman (berhubungan seksual).
Penelitian sederhana tersebut juga menunjukkan bahwa remaja lebih suka
melihat gambar visual dibandingkan dengan membaca. Bisa jadi karena
gambar visual mudah dipahami dan cara memperolehnya pun mudah.
Terkait
dengan hubungan seksual, pertanyaan yang muncul kemudian (terutama
kepada remaja putri) adalah, apakah mereka melakukannya dengan kesadaran
penuh atau karena mendapat tekanan dari pacar? Apakah remaja putri
terpaksa melakukan seks sebagai pembuktian cinta?
Pertanyaan
kepada remaja putri dan putra: Apakah mereka melakukan seks karena tidak
mau dianggap ketinggalan zaman, atau sekadar coba-coba setelah
menonton film porno?
Apakah mereka menyadari bahwa seks dapat
mengakibatkan kehamilan yang tidak direncanakan? Apakah mereka tahu
menggugurkan kandungan berisiko kehilangan nyawa? Apabila berganti-ganti
pasangan, sadarkah mereka bahwa ada risiko infeksi menular seksual,
juga HIV/AIDS?
Tampaknya tidak banyak remaja yang mengetahui
risiko terkait perilaku seksual seperti di atas. Bisa jadi karena mereka
tidak mendapatkan informasi yang komprehensif, atau karena tak tahan
menghadapi tantangan remaja yang makin besar di era globalisasi ini.
Untuk itu tampaknya perlu sebuah kerjasama berbagai pihak untuk
membekali remaja agar dapat berperilaku yang sehat dan
bertanggungjawab.
0 komentar:
Posting Komentar